Jumat, 30 November 2007

LINTINGAN ROKOK MASIH JADI "EMAS" DI KABUPATEN INI...

HUT Ke-457 Kudus
LINTINGAN ROKOK MASIH JADI "EMAS" DI KABUPATEN INI...

Puluhan ribu pekerja melinting rokok. Tak mau kalah, mesin pun berputar menghasilkan jenis rokok lain. Sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, dan klobot adalah produk olahan berbahan baku tembakau yang menjiwai Kabupaten Kudus.

Setiap tahun rata-rata 50 miliar batang rokok diproduksi kabupaten yang terletak di kawasan pantai utara Jawa ini. Bahkan, produksi tahun 2005 mencapai 55,9 miliar batang. Kantor Wilayah VI Bea Cukai Semarang mencatat hingga Juli 2005 di Kudus terdapat 385 unit usaha terdaftar sebagai pemilik Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Angka ini mencakup 27,7 persen dari 1.389 unit usaha rokok di Jateng. Kenyataannya, jumlah usaha rokok lebih banyak lagi, terutama dengan banyaknya pengusaha rokok tanpa pita cukai.

Perputaran uang di sektor usaha ini mencapai triliunan rupiah. Dalam lima tahun terakhir, nilai penggunaan pita cukai rokok di kabupaten dengan luas terkecil di Jateng ini tumbuh signifikan. Tahun 2001, penggunaan pita cukai rokok senilai Rp 2,99 triliun. Tahun 2005, nilai melonjak menjadi Rp 7,76 triliun. Pendorongnya antara lain peningkatan jumlah unit usaha dan produksi. Ini membawa dampak positif atas nilai ekspor. Meski volume ekspor rokok hanya sekitar 24 persen dari total volume ekspor, nilainya mencapai 31 persen dari total nilai ekspor. Nilai ekspor rokok tahun lalu sebesar Rp 12,83 juta dollar Amerika Serikat.

Sayang, hingga saat ini triliunan rupiah yang dihasilkan kurang terasa bagi Kudus. Kebijakan biaya cukai rokok yang seluruhnya diserap pemerintah pusat, tak menyisakan bagian bagi daerah penghasilnya. Peran strategis industri rokok lebih terasa bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada industri ini. Tidak kurang dari 49.000 orang bekerja di perusahaan rokok atau 75 persen dari total pekerja sektor industri.

Di lain sisi, berbagai jenis industri yang lain tetap memiliki peran penting dalam perekonomian. Industri kertas, elektronika, makanan dan minuman, konveksi, hingga kerajinan bordir, juga memberi kontribusi yang tak sedikit. Hasilnya, sektor industri pengolahan menyumbang Rp 12,84 triliun atau 65 persen dari total pendapatan domestik regional bruto.

Jika dilihat dari pendapatan regional per kapita sebagai salah satu indikator, warga Kudus, yang hari Sabtu (23/9) ini berulang tahun, bisa dibilang makmur. Tahun 2004, pendapatan per kapita penduduknya mencapai Rp 17 juta lebih dan termasuk tertinggi di Jateng. Tetapi, pendidikan masyarakatnya masih perlu ditingkatkan. (Sugihandari/Litbang Kompas)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/23/jateng/42026.htm

Tidak ada komentar: