Minggu, 28 Oktober 2007

Analisa Sederhana Kemasan Kertas Sigaret Sinden



penafsiran (ekspresionistik)
Jika tidak ada tulisan "Kertas Sigaret Sinden" maka belum tentu orang akan menyadari bahwa ini adalah kertas rokok. Namun hubungan yang mungkin tercipta antara gambar sinden dengan kertas rokok karena hubungan tidak tersirat dalam sejarah sinden dengan harapan produsen yang menginginkan kertas cigaret sinden ini digemari seperti tarian sinden

kaitan sosial (instrumentalistik)
Jika tidak ada tulisan "Kertas Sigaret Sinden" maka belum tentu orang akan menyadari bahwa ini adalah kertas rokok. Namun hubungan yang mungkin tercipta antara gambar sinden dengan kertas rokok karena hubungan tidak tersirat dalam sejarah sinden dengan harapan produsen yang menginginkan kertas cigaret sinden ini digemari seperti tarian sinden

Analisa Sederhana Kemasan Jamu Jawa sehat Lelaki



penafsiran (ekspresionistik)
menurut kami, ilustrasi tersebut cukup mengena karena seorang binaragawan umumnya melambangkan keperkasaan laki-laki, sehingga untuk jamu sehat lelaki ini digunakanlah ilustrasi binaragawan

kaitan sosial (instrumentalistik)
jika tidak ada tulisan jamu, maka sulit untuk mengetahui bahwa kemasan ini adalah sebuah produk jamu

Analisa Sederhana Kemasan Kresno



penafsiran (ekspresionistik)
Kemasan ini terlihat mencolok dengan penggunaan warna yang terang. Ilustrasi kurang menggambarkan produknya, sehingga jika tidak ada typografi bertuliskan wenter wantek akan sulit mengetahui bahwa produk ini adalah produk pewarna pakaian

kaitan sosial (instrumentalistik)
Ilustrasi cukup menggambarkan bahwa produk ini berasal dari Jawa dengan pemakaian gambar wayang Kresno, namun penggunaan kata wenter wantek kurang efektif karena tidak semua orang mengetahui artinya.

Sabtu, 27 Oktober 2007

Analisa Sederhana Kemasan Redbell



penafsiran (ekspresionistik)
kemasan ini terlihat menarik perhatian dengan perpaduan warna merah, kuning, dan biru yang kontras. Namun secara sekilas, sulit diketahui bahwa itu adalah kemasan untuk produk pewarna makanan.

kaitan sosial (instrumentalistik)
kemasan ini tidak terlihat adanya kaitan sosial karena tidak ada ilustrasi, hanya unsur warna saja yang ditonjolkan.

Jumat, 26 Oktober 2007

Kami teLah Kembali...!!!

Sudah lama sekali kami tak mengupdate Blog..
Setelah melalui Ujian yang panjang...
Tugas-Tugas yang datang silih brganti..
Dilanjutkan Libur Lebaran yang Panjang..
Akhirnya..
Kami semua kembali ke Kampus..
Dan memulai Aktifitas kami seperti semula..
Kuliah-TugaS-Kerja KelompoK-Rapat Organisasi dan Masi Banyak Lain2nyaaa...

Namun...
seLain itUh semua Kami ingin teTap meLanjuTkan membaHas tenTang Packaging keMasan lama terutama kemasan kertas rokok sinden..
dan sePanjang Waktu kaMi tiDak menG-uPdate bLog..
kaMi sempaT membaHas secara singkat tentang Kemasan dari beberapa sudut pandang...
seTelah ituh kami juGa tetaP mnCari dan MengumpuLkan data2...
Semoga hasil analisa kami tdk mengecewakan...

Cheerss..^^

-Kelompok Clover-

Selasa, 02 Oktober 2007

Rokok Kretek Dapat Sebabkan Karies Spesifik

Kamis, 30 Januari 2003

Jakarta, Kompas - Cengkeh sebagai bahan campuran dalam rokok kretek ternyata mengandung zat aktif euganol berkadar tinggi. Asap rokok kretek yang mengandung zat aktif tersebut akan masuk melalui lubang mikro ke bagian organik email sehingga mencapai perbatasan email (lapisan paling luar gigi) dengan dentin (lapisan di bawah email). Dampaknya, perokok bisa menderita gangguan gigi berupa karies atau gigi berlubang.

Demikian dikemukakan Farida Soetiarto ketika mempertahankan desertasi berjudul Analisis Karies Spesifik yang Berhubungan dengan Rokok Kretek di depan Senat Akademik Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Salemba Jakarta, Rabu (29/1). Farida akhirnya mendapat gelar doktor bidang epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dengan predikat cum laude.

Berdasarkan pemeriksaan menggunakan alat Electron Dispersion X-Ray Miicroanalysis, Farida menemukan, gigi yang mengandung euganol akibat rokok kretek akan menurun kandungan oksigennya sedang kadar kalsium gigi meningkat. Akibatnya, lapisan email pada gigi perokok kretek mengalami pelubangan lunak sehingga gigi menjadi rapuh.

"Sebab, oksigen sangat berperan mengikat kristal hidroksi apatit agar tetap stabil, sehingga tetap mempertahankan kekerasan email," papar Farida.

Karies yang terbentuk bergantung pada frekuensi merokok dan jumlah rokok yang diisap setiap hari. Semakin lama seseorang mengisap rokok kretek, semakin besar peluang menderita karies spesifik. Mereka yang merokok lebih dari 18 batang per hari, lebih besar risikonya terkena karies spesifik.

"Jadi, bukan hanya karena sudah lama mengonsumsi rokok kretek saja yang berpeluang terkena karies spesifik. Mereka yang belum terlalu lama merokok tetapi menghabiskan jumlah rokok lebih banyak per harinya juga berpeluang besar menderita karies tersebut," kata Farida.

Menurut dia, kandungan euganol dalam asap rokok akan mengendap pada gigi bagian depan-yang selama ini dianggap paling mudah dibersihkan. Justru karena asap rokok selalu melewati bagian tersebut maka memungkinkan terjadinya penumpukan euganol pada gigi. Akibatnya, karies gigi spesifik akan lebih sering terlihat pada gigi bagian depan.

Tingkat kejadian karies spesifik karena euganol dalam asap rokok kretek di Indonesia mencapai 57,7 persen. Menurut Farida, angka tersebut masih mungkin mengalami peningkatan karena konsumen rokok kretek di Indonesia juga cenderung meningkat.

Farida mengusulkan, pemerintah sebaiknya segera membuat peraturan mengenai batas maksimal kandungan zat aktif euganol pada rokok sebesar 1,5 miligram per batang. Berdasarkan penelitian Farida, beberapa merek rokok kretek yang beredar di pasaran saat ini mengandung zat aktif euganol hingga 12,92 miligram per batang. (B03)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/30/iptek/106165.htm

Jawa Masih Pasar Terbesar Rokok

Sabtu, 23 September 2006

Magelang, Kompas - Pulau Jawa masih menjadi pasar terbesar untuk produsen rokok. Sekitar 69,2 persen produksi rokok nasional diserap konsumen di Jawa. Kondisi itu relatif tidak berubah selama bertahun-tahun karena penduduk di negeri ini terkonsentrasi di Jawa. Pada tahun 2005 produksi rokok nasional mencapai 202,3 miliar batang.

Menurut Manajer Produk PT HM Sampoerna Tbk Veronica Risariyana—dalam peluncuran varian baru perusahaan itu, Dji Sam Soe Filter di Losari Coffee Plantation Resort and Spa, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (22/9)—Kalimantan menjadi daerah yang paling kecil menyerap produksi rokok nasional, yakni hanya 1,2 persen. Persentase peredaran rokok yang lumayan besar berlangsung, antara lain di Sumatera (16,1 persen) serta Sulawesi dan Indonesia bagian timur (13,55 persen).

Dari sisi jenis rokok, menurut Veronica, konsumen lebih menyukai rokok keretek yang diproduksi dengan mesin, yakni sigaret keretek mesin full flavour (SKM FF), yang menguasai 37,6 persen pasar.

Sigaret keretek tangan (SKT), yang dilinting tanpa mesin, menguasai sekitar 37,5 persen konsumen, diikuti SKM low tar low nicotin (mild) sebanyak 17,2 persen, dan rokok putih (7,7 persen).

Belum ada target

Menurut Veronica, selama ini perusahaannya menguasai pasar jenis SKT dan SKM low tar low nicotin dengan produk bermerek Dji Sam Soe dan A Mild. Pasar rokok putih dipimpin Marlboro, yang diproduksi PT Philips Morin, yang merupakan perusahaan satu kelompok dengan PT HM Sampoerna. Tentang rokok jenis SKM FF, pasarnya selama ini dikuasai perusahaan lain.

Karena itulah, PT HM Sampoerna mengeluarkan varian baru untuk ikut mengisi pasar SKM FF. ”Untuk tahun pertama kami tidak mempunyai target tertentu, kecuali agar produk ini dikenal masyarakat. Varian baru ini dengan mudah ditemui konsumen,” kata Veronica.

Dia menambahkan, perusahaan rokok tak boleh menawari konsumen untuk mencoba produknya. Karena itu, dengan mendekatkan diri pada konsumen, diharapkan masyarakat lebih mengenal varian baru itu. (tra)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/23/daerah/2974040.htm

Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol

Minggu, 09 April 2006, 19:46 WIB

Jakarta, Kompas
Banyak orang yang sudah paham bahwa merokok dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan manusia.

Bagi masyarakat awam, merokok sudah jelas bisa merusak paru-paru karena asap yang diisap langsung masuk ke paru-paru. Namun banyak orang tidak tahu bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh manusia.

Dalam beberapa situs kesehatan disebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin, dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah.

Dokter spesialis jantung sekaligus Ketua Perkumpulan Vaskuler Indonesia Aulia Sani SpJP(K), FJCC mengungkapkan, merokok dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak.

Pada orang-orang yang merokok, ditemukan kadar HDL-nya rendah. Itu artinya, pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu.

Sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL-nya. Pada orang yang merokok ditemukan kadar LDL-nya tinggi, berarti lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh.

"Intinya, transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu," kata Aulia. Meski sering ditemukan kadar HDL rendah pada seorang perokok, menurut Aulia, belum ada penelitian khusus yang bisa menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh rokok.

Zat kimia berbahaya

* Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Aulia, dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4.000 jenis bahan kima, 40 persen di antaranya beracun.

Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok.

Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung.

Selain memperburuk profil lemak atau kolesterol darah, rokok juga dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi.

Merokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal, mengganggu irama jantung dan kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida).

Penyakit jantung

* Aulia mengatakan, masyarakat perlu diingatkan kembali tentang penyakit-penyakit yang terkait erat dengan merokok.

Penyakit yang erat kaitannya dengan merokok adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, paru-paru, mag/pencernaan, dan berkaitan dengan alat reproduksi. Di Indonesia 26,4 persen kematian disebabkan penyakit jantung.

Rokok menjadi faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Penyakit ini bekerja sinergis terhadap faktor risiko lainnya, seperti hipertensi, kadar kolesterol meningkat, kencing manis, dan lain-lain. Risiko stroke dan kematian juga meningkat pada perokok.

Orang yang sudah terkena penyakit jantung koroner harus menghentikan kebiasaan merokok sama sekali. Bila pasien tersebut masih merokok, kemungkinan mendapat serangan jantung berulang lebih tinggi dibandingkan bila dia berhenti merokok.

Pasien berpenyakit jantung koroner yang tetap merokok diperkirakan setengah di antaranya berusia lebih pendek—sekitar 12 tahun—dibandingkan dengan mereka yang berhenti merokok.

Bila orang tetap merokok setelah pemberian obat penghancur bekuan darah (dibalon), akibatnya dia bisa mengalami penyumbatan kembali. Kemungkinan itu dua sampai empat kali lebih tinggi daripada pasien yang berhenti merokok.

Kecanduan

* Masalah yang menonjol pada kebiasaan merokok di Indonesia adalah pada jenis rokok yang diisap, yakni rokok keretek.

Jenis rokok ini mempunyai kadar tar dan nikotin lebih tinggi tiga sampai lima kali dibandingkan dengan rokok filter.

Rokok juga bisa menimbulkan efek kecanduan pada orang-orang yang mengonsumsinya. Aulia mengatakan, rokok memiliki efek yang sama dengan morfin, yaitu efek adiksi (ketagihan) dan habituasi (ketergantungan).

Untuk menghentikan kebiasaan merokok, menurut Aulia, dibutuhkan tekad yang sangat kuat dari orang bersangkutan. Faktanya, hampir semua perokok ingin berhenti merokok, tetapi mereka tidak tahu caranya.

Aulia mengungkapkan, ada beberapa cara klinis untuk menghentikan kecanduan merokok. Perokok bisa mengikuti terapi pengganti nikotin untuk menghilangkan efek kecanduan. Caranya, dengan menempelkan plester nikotin.

"Seperti orang kecanduan morfin, plester nikotin diberikan dengan dosis tertentu dan dengan pengawasan dokter. Bahan nikotin yang menyerap melalui kulit itu akan dikurangi dosisnya secara bertahap. Jika orang itu tidak kecanduan lagi, maka plester bisa dilepas," kata Aulia.

Cara yang lain untuk mereka yang ingin berhenti merokok adalah dengan mengikuti terapi minum air. Jika ada keinginan untuk merokok, segeralah minum air putih.

Dampak Merokok

* Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan manusia, baik dampak langsung maupun efek menahun.

Dampak ini bisa terkena pada perokok aktif maupun pasif.

Dampak langsung merokok:

1. Air mata keluar banyak.

2. Rambut, baju, badan berbau.

3. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

4. Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun.

Dampak jangka pendek (segera):

1. Sirkulasi darah kurang baik.

2. Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun.

3. Rasa mengecap dan membau hilang.

4. Gigi dan jari menjadi coklat atau hitam.

Dampak jangka panjang:

1. Kerja otak menurun.

2. Adrenalin meningkat.

3. Tekanan darah dan denyut nadi meningkat.

4. Rongga pembuluh darah menciut.

5. Muncul efek ketagihan dan ketergantungan.

Asap rokok juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Dalam lingkungan rumah tangga, istri, suami, atau anak merupakan korban yang setiap hari harus menghirup asap rokok.

Dampak rokok terhadap perokok pasif di rumah:

1. Insiden batuk pilek meningkat (pada anak dan keluarga perokok).

2. Penyakit jantung nonfatal meningkat.

3. Timbul keluhan nyeri dada (angina) dan peningkatan terjadinya serangan jantung.

4. Gangguan aliran darah tepi.

Semakin banyaknya gangguan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari kebiasaan buruk masyarakat untuk terus mengonsumsi rokok. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi rokok pada negara berkembang meningkat lebih dari 20 persen per tahun. Sedangkan di negara maju terjadi penurunan 1 persen setiap tahun.

Melihat jumlah ini, tidak heran jika kematian akibat penyakit jantung meningkat di negara berkembang. Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyebab kematian terbesar di Indonesia disebabkan penyakit jantung. Rokok menjadi faktor risiko utama penyakit jantung. Penyakit ini mengalahkan kanker, infeksi, dan parasit sebagai penyebab kematian. (LUSIANA INDRIASARI)

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0604/09/194927.htm

Rokok Keretek Kompetitif akibat Adanya PP Nomor 19 Tahun 2003

Sabtu, 19 April 2003

Jakarta, Kompas - Produk rokok keretek lokal mampu bersaing secara lebih sehat dengan produk rokok putih karena pemerintah tidak membatasi kandungan kadar nikotin dan tar pada rokok keretek. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar nikotin sebesar 1,5 miligram (mg) dan kandungan kadar tar sebesar 20 mg pada rokok keretek, sebagaimana diatur dalam PP No 81/1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

"Kadar nikotin 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg itu sebenarnya standar untuk rokok putih yang menggunakan tembakau Virginia. Rokok keretek yang menggunakan tembakau rakyat tidak dapat memenuhi kadar kandungan tar dan nikotin sebesar itu," kata Direktur Industri Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) Yamin Rahman, di Jakarta, Kamis (17/8).

Yamin menambahkan, kandungan kadar nikotin pada rokok keretek melebihi 1,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok keretek melebihi 20 mg. "Kandungan nikotin pada rokok keretek bisa mencapai 2,5 mg dan kandungan tar bisa mencapai 40 mg," katanya.

Dengan tidak diberlakukan batasan kadar nikotin dan tar, lanjut Yamin, industri rokok keretek dapat lebih memanfaatkan komoditas tembakau rakyat. Dengan demikian, petani tembakau pun dapat lebih diuntungkan.

Dalam PP No 19/2003 yang ditetapkan tanggal 10 Maret 2003 disebutkan, setiap orang yang memproduksikan rokok wajib melakukan pemeriksaan kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap hasil produksinya. Pemeriksaan kadar nikotin dan tar dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi sesuai ketentuan yang ada.

Ditanya bagaimana upaya perlindungan konsumen dengan pemberlakuan PP No 19/2003 itu, menurut Yamin, kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang diedarkan diinformasikan kepada konsumen. Informasi itu, misalnya, dicantumkan dalam kemasan sehingga konsumen mengetahui berapa kadar nikotin dan tar pada rokok keretek yang akan dikonsumsikan.

Sesuai data Depperindag, volume ekspor rokok keretek per November 2002 mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dollar AS. Ekspor rokok putih per November 2002 mencapai 17.952 ton dengan nilai 72,5 juta dollar AS.

Sementara itu, volume ekspor rokok keretek tahun 2001 mencapai 6.764 ton dengan nilai 75,0 juta dollar AS dan volume ekspor rokok putih tahun 2001 mencapai 24.391 ton dengan nilai 97,6 juta dollar AS.

Dilihat dari segi daya beli, jumlah orang yang mengonsumsi produk rokok juga relatif besar. Dari data survei kesehatan nasional tahun 2001, sebanyak 54,5 persen laki-laki dan 1,2 persen perempuan Indonesia berusia lebih dari 10 tahun merupakan perokok aktif. Diasumsikan populasi 2001 sebesar 210 juta, berarti jumlah laki-laki yang mengonsumsi rokok sebanyak 114 juta orang dan jumlah perempuan yang mengonsumsi rokok sebanyak 2,5 juta orang. (FER)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/ekonomi/263227.htm

Rokok "Tingwe" ala Warga Blumah

Sabtu, 31 Mei 2003

NAIKNYA harga rokok keretek produksi pabrik rokok besar di Kota Kudus, Kediri, Malang, dan Surabaya sejak awal 2003 menyebabkan warga pedesaan yang berpenghasilan pas-pasan merasa keberatan.

"Kenaikan harga itu menyebabkan harga rokok keretek merek terkenal bisa Rp 500 per batang. Mahalnya harga rokok inilah yang mendorong warga memproduksi rokok untuk dijual ke kalangan sendiri," tutur Kepala Desa Blumah, Kabupaten Batang, Zaenal Arifin, pekan lalu.

Lahan pertanian di desa yang terletak di kawasan Pegunungan Dieng bagian utara, Desa Blumah di Kecamatan Plantungan dan Kecamatan Bandar, cukup subur untuk ditanami tembakau dan cengkeh. Desa yang berhawa sejuk itu memaksa warga harus akrab dengan rokok untuk mengusir hawa dingin yang memeluk kehidupan mereka sehari-hari.

Perajin rokok lokal Blumah, Taufik, mengatakan, rokok hasil kerajinan warga itu adalah rokok tingwe (nggelinting dewe) alias melinting sendiri. Bedanya, kalau dulu rokok tingwe dibuat dengan tangan, kini sudah meningkat memakai alat pelinting, yang diadopsi dari pelinting rokok di pabrik rokok keretek dari kayu.

"Kapasitas produksi rokok dari alat ini cukup lumayan. Satu jam bisa menghasilkan 200 linting rokok keretek. Di desa saat ini terdapat 15 warga yang memilikinya dan setiap hari memproduksi ribuan rokok tingwe untuk dijual ke warga atau di pasar desa setempat," ungkap Taufik.

Perajin rokok Muarif memeragakan cara membuat sebatang rokok dengan alat itu. Awalnya, dia menempelkan kertas rokok warna putih di atas lekukan mesin pelinting. Di atas kertas itu kemudian diberi adonan tembakau serta campuran cengkeh sedikit.

Setelah adonan siap, tuas langsung ditekan kuat. Meloncatlah rokok hasil produksi sendiri yang siap dinikmati. Supaya rapi, kedua ujung rokok linting itu digunting.

Warga biasanya memproduksi rokok dengan warna putih dan coklat. Rokok coklat sangat laku karena aroma dan adonan tembakau yang dicampur tembakau mahal, Virginia.

"Saat ini rokok produksi warga Blumah belum diberi merek. Meski belum punya merek, sudah laku dijual. Rokok ini juga dijual ke pasar setempat. Harga per bungkus Rp 2.500 isi 20 batang. Kalau dijual eceran di pasar, harganya bisa Rp 250/batang," katanya.

KETERAMPILAN warga Blumah memproduksi rokok tingwe serta merta menarik perhatian banyak tamu yang datang dalam lokakarya Penyelamatan Kawasan Pegunungan Dieng di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Batang, pekan lalu.

Warga Blumah bahkan membuat stan di lapangan, tempat lokakarya itu dilaksanakan. Di stan itulah semua jenis rokok buatan warga Blumah dipamerkan, termasuk cara membuat rokok pun diperagakan.

Kerajinan membuat rokok ini juga ditunjang perajin kayu di Blumah. Perajin kayu menyediakan kotak tempat rokok dari kayu untuk perajin rokok. Kotak kayu rokok itu bisa memuat 20 batang rokok lokal. (WINARTO HERUSANSONO)

http://kompas.com/kompas-cetak/0305/31/jateng/341209.htm