Jumat, 30 November 2007

Cukai Rokok Tahun Ini Rp 45 Miliar

berikut adalah posting terakhir dari kelompok kami.

Surabaya, Kompas - Industri hasil tembakau menargetkan produksi per tahun bisa pulih menjadi 235 miliar batang. Pada tahun 2000-2001, produksi pernah mencapai angka tersebut. Namun, harga jual eceran naik tiga kali dalam setahun sehingga transaksi pasar tertinggal.

Akibatnya, terjadi jarak antara produksi dan transaksi pasar. Jarak menjadi semakin jauh karena tiap tahun terjadi kenaikan minimal satu kali. Bahkan, kenaikan terjadi setiap sembilan bulan. "Akhirnya produksi terus menurun," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Achmad Suryana, Kamis (7/6) di sela-sela Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau di Hotel Garden.

Produksi hasil tembakau pernah mulai pulih tahun 2003-2004 karena tidak ada kenaikan harga. Namun, pertumbuhan produksi belum mencapai 235 miliar batang ketika kembali terjadi kenaikan harga jual eceran. Saat ini dengan total produksi 225 miliar batang per tahun, diharapkan dalam tiga tahun ke depan bisa mencapai 235 miliar batang per tahun, baik sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, maupun sigaret putih mesin.

Menurut Achmad, target produksi 235 miliar batang per tahun bisa tercapai dengan catatan tidak ada kebijakan tertentu dari pemerintah yang keluar secara mendadak. Pertumbuhan produksi, kata dia, bisa terjadi sejalan dengan inflasi.

Industri juga menghadapi kendala selain kenaikan harga jual eceran yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, saat ini industri rokok menjadi sorotan mengingat banyak peraturan terkait kesehatan muncul. Akhirnya terjadi berbagai pembatasan terhadap produk-produk tembakau. "Kami sepakat dengan aturan seperti itu, tetapi harus ada keseimbangan antara industri dan kesehatan," ujar Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Ismanu Sumiran.

Gappri bersama Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia bekerja sama untuk mewujudkan kelangsungan industri rokok, terlebih industri hasil tembakau termasuk dalam 10 industri prioritas.

Belum lagi prospek industri ini ke depan mengingat ada kekurangan persediaan tembakau dunia, khususnya tembakau virginia sebagai bahan baku industri rokok putih. Diharapkan kekurangan dipenuhi antara lain dari India dan Indonesia yang mencapai 100.000 ton. "Kira-kira 40.000 ton di antaranya bisa dipenuhi dari Indonesia," tuturnya lagi.

Sementara Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia Muhaimin Moeftie menambahkan, sumbangan cukai rokok tahun ini diharapkan mencapai Rp 45 triliun dan Rp 8 triliun dari pajak pertambahan nilai. Pendapatan negara pada tahun 2006 melalui cukai rokok tersebut sebesar Rp 42 triliun. (Oleh Fabiola Ponto)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0706/08/jatim/67709.htm

Tidak ada komentar: